Sujud dan Menyembah Allah dalam Penderitaan
Ayub 1 : 20
“Mengikuti Yesus ibarat mendaki gunung, semakin terjal kita mendaki janganlah kita balik dan turun gunung, sebab kita semakin dekat dengan puncak pertolongan”, demikian cuplikan dari khotbah Pdt. Yohanes Toreh(alm) 16 tahun yang lalu. Kisah Ayub demikian, ketika menerima berita secara berturut-turut: ternaknya dirampas, yang lain terbakar, anak-anaknya tewas tertimpa rumah yang roboh, Ayub tidak mundur dan berbalik kesetiaanya pada Allah, justru ia sujud dan menyembah Allah. Penderitaan janganlah membuat umat dan hamba Tuhan untuk menyangkal imannya, justru penderitaan memurnikan kesetiaan. Ketika Marthen Luther King melaksanakan perjuangan membela hak-hak sipil kaum kulit hitam di Amerika pada tahun 1960 an, ia dan keluarganya menerima berbagai ancaman pembunuhan. Tapi Pdt. King berkata “ ancamlah kami, kejarlah anak-anak kami, lemparilah rumah kami dengan bom, maka kami akan tetap mengasihi dan mengasihi, kami tetap memuji dan memuliakan Allah”. Merespon penderitaan sercara positif adalah salah satu bentuk spiritualitas kekristenan. Ada banyak kesaksian dari hamba-hamba Tuhan yang telah menjadi berkat kepada banyak orang dengan spiritualitas demikian. Di minggu sengsara pertama, sebagai keluarga Kristen diajak untuk mempertebal spiritualitas sejati. Amin
Doa : Tuhan tolonglah kami, sebagai keluarga, untuk mampu merespon berbagai penderitaan dengan selalu sujud dan menyembah Allah. Amin