Menjadi agen-agen perubahan
Nehemia 5:5
Berada dalam kondisi berkekurangan dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, dapat mengakibatkan orang berbuat apa saja, walaupun yang dilakukannya itu tidak sesuai lagi dengan norma-norma sosial dan agama. Bacaan kita hari ini, menunjukkan adanya kondisi tersebut, di mana karena kekurangan dan kelaparan terpaksa mengorbankan keluarga, anak-anak, dan perempuan untuk menjadi budak dan bahkan dijual.
Dikatakan, “kami tidak dapat berbuat apa-apa karena ladang dan kebun anggur kami sudah di tangan orang lain”. Kenapa seperti itu? Ternyata umat Tuhan harus menjadi korban dari sebuah penyalahgunaan kekuasaan. Perlakuan tidak adil dan cenderung membiarkan, dipraktekan oleh oknum penguasa. Para pemimpin memanfaatkan kesempatan dengan berbagai cara untuk meraih keuntungan.
Sekarang ini, di negeri ini, kita juga mendengar hal yang sama. Kaum perempuan dan anak menjadi korban untuk diperjual-belikan (traficking). Alasannya, yaitu karena kebutuhan. Sementara bukan rahasia lagi, di negeri ini korupsi, nepotisme, kolusi merajalela, para elit hanya merebut jabatan dan kekuasaan belaka tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat umum.
Selaku keluarga Kristen, sesungguhnya kita tertantang untuk merespon realitas seperti ini. Kita tidak boleh berdiam diri, tetapi harus menjadi “agen-agen” perubahan. Sebagai gereja kita harus menyatakan aspirasi sosial/politik yang kritis dengan dilandasi pada pertimbangan-pertimbangan moral-etis kristiani. Amin.
Doa: Bapa sorgawi, kami mengucap syukur kepada-Mu untuk kehidupan yang kami nikmati hingga sekarang. Ingatkanlah kami untuk selalu bersikap kritis terhadap berbagai penyimpangan sosial yang terjadi di sekitar kami. Amin.