Kasih Karunia Allah Mendorong Kita Hidup Kudus
Titus 2:12a
Menyadari kasih karunia Allah dalam hidup akan membawa kita menyadari kehidupan lama untuk menjalani kehidupan baru. Kasih karunia Allah akan mendidik kita untuk meninggalkan kehidupan lama dan mengambil posisi yang tegas terhadap dosa. Maka ketika kita menerima kasih karunia yang menyelamatkan, mengakibatkan dorongan kuat untuk meninggalkan cara hidup yang melawan Allah dan menjauhkan diri dari cara hidup dunia yang penuh dengan keserakahan.
Setiap orang yang mengalami kasih karunia Allah harus meninggalkan kefasikan. Apa arti “fasik”? Orang fasik bukan orang kafir! Orang fasik itu mengetahui Firman, dan kehendak-Nya tetapi tidak mau melakukan! Tidak mau menjadi pelaku Firman. Tuhan Yesus berkata “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat. 7:21). Yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa di Sorga! Sekali lagi walaupun mereka aktif dalam pelayanan, “bernubuat … mengusir setan … mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga” (Mat. 7:22) – bukanlah jaminan! Kita wajib mendengarkan ajaran Tuhan dan melakukan kehendak-Nya! Kesadaran yang penuh terhadap kasih karunia Allah akan memotivasi kita untuk hidup kudus dan senantiasa rindu melakukan kehendak-Nya.
Kehidupan kudus bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan, tetapi harus melewati proses dan mengalami progres menuju pada kedewasaan yang dikehendaki Allah bagi kita. Marilah sebagai keluarga Kristen di penghujung tahun 2018 ini, kita menyerahkan diri kita sekaligus untuk membangun tekad untuk melepaskan diri kita dari jerat/godaan hidup fasik dan duniawi. Agar di Tahun Baru 2019 kita dapat menjalani kehidupan selaku umat kepunyaan Allah. Amin.
Doa: Ya Tuhan berikan kekuatan kepada kami untuk menjalani kehidupan yang kudus sebagai bukti bahwa kami telah benar-benar telah mengalami kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan hidup kami. Amin.