“Faith Beyond Ratio”
Iman Melampaui Rasio/Akal
Roma 4:17
Rene Descartes seorang filsuf Perancis beraliran rasionalis mengatakan cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada). Ia terlalu mengagungkan fungsi akal dengan meyakini yang ada pada kita hanyalah akal budi manusia saja, agama dan keyakinan dianggapnya “kolot” atau ketinggalan zaman, paling banter hanya perasaan saja.
Cara berpikir seperti ini bertentangan dengan pemahaman iman Abraham yang menjadi bapak bagi banyak bangsa oleh imannya kepada Allah, yang ia percayai, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada. Iman kepada Allah yang Mahakuasa yang menghidupkan (zopoiein) orang mati dan menjadikan yang tidak ada menjadi ada melebihi kemampuan berpikir manusia (faith beyond ratio).
Iman seperti inilah yang menjadi landasan iman keluarga Kristen. Kita harus terus menerus membangun “bangunan iman” keluarga kita kepada Allah yang menghidupkan Yesus Kristus dari kematian dan yang menciptakan kita menikmati peng-ampunan dosa dan keselamatan yang kekal.
Dengan demikian hidup berkeluarga harus tetap “menjaga dan memelihara kesetiaan iman” jangan sampai ada anggota keluarga kita yang dipengaruhi ajaran-ajaran dan pemahaman duniawi yang menyimpang ataupun pemikiran rasionalis yang meragukan iman kita kepada Tuhan. Bangunlah bangunan iman keluarga dengan doa, dan belajar bersama dari Alkitab (bible study) niscaya tidak ada diantara anggota keluarga kita yang menyimpang dari imannya. Amin
Doa: Terima kasih Tuhan untuk akal dan iman yang membuat kami makin memahami makna imaniah dari penciptaan dan penyelamatan kami. Kami bersyukur untuk akal dan iman ini kiranya menjadi bangunan yang kokoh menghadapi realitas kehidupan. Amin.