Sembahlah Allah
Wahyu 22:8-9
Zaman kekaisaran Romawi menghendaki masyarakat untuk menyembah dia sebagai dewa atau tuhan, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan praktek penyembahan di era modern ini yaitu uang, materi, kekuasaan dan jabatan dikejar dan disembah sebagai ‘tuhan’. Penyembahan kepada kaisar atau penguasa telah mempengaruhi kehidupan jemaat waktu itu. Seolah-olah para nabi atau rasul bahkan para malaikat mesti disembah. Monoteisme, atau keyakinan kepada Allah yang Esa mewajibkan kepada para penganutnya untuk menyembah hanya kepada Allah, Tuhan satu-satunya.
Bacaan hari ini tentang penampakkan malaikat utusan Allah yang penuh kemuliaan, maka Yohanes hendak menyembahnya. Tapi malaikat utusan Allah mengingatkan agar “Sembahlah Allah”. Tindakan menyembah berhubungan dengan sikap merendahkan diri berlutut (Yunani: proskuneo artinya menyembah, beribadah, berlutut, tersungkur). Di hadapan Allah semua adalah hamba: rasul, para nabi, termasuk para malaikat. Mereka tidak diperkenankan untuk disembah atau dikultuskan, termasuk kaisar dan para penguasa.
Keluarga Kristen diingatkan agar hanya Allah yang patut dan layak disembah, jangan tergoda untuk menyembah manusia atau siapapun selain Allah. Demikian juga harus selalu diingat bahwa sekalipun banyak perkara-perkara besar yang sudah dilakukan seseorang, banyak jasa yang sudah ditanamkan, bahkan pengorbanan besar yang sudah dinyatakan jangan sekalipun menuntut dan bersedia untuk disembah orang. Jangan mencuri kemuliaan Allah. Sikap penyembahan hanya kepada Allah mesti berakar dan bertumbuh dalam kehidupan keluarga, di mana satu dengan yang lain dapat saling mendorong dan mengingatkan apa yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan. Amin.
Doa: Tuhan, ajarlah dan bentuklah kami agar selalu memuliakan dan menyembah Allah. Ingatkanlah kami untuk selalu rendah hati, sekalipun begitu banyak perbuatan besar yang Tuhan perkenankan kami lakukan. Amin.