Sepenggal Kisah Dari Kota Somerworth New Hampshire USA

0
1819

gmim.or.id – Kebersihan adalah bagian dari iman. Inilah yang berlaku untuk kota Somerworth di negara bagian New Hampshire USA. Tak dapat dipungkiri, semua negara memiliki masalah dengan sampah. Tak terkecuali di New Hampshire, yang terletak di bagian timur laut Amerika ini.

Pdt. Jelty Parengkuan-Ochotan, MTh Pendeta GMIM yang kini bertugas melayani di Presbyterian Church negara bagian New Hampshire USA mengatakan, satu hal yang dapat dipelajari tentang penanganan sampah di kota Somerworth New Hampshire adalah menanamkan disiplin sejak anak-anak.  “Dari anak-anak hingga orang dewasa sudah terbiasa tidak membuang sampah sembarangan. Setiap keluarga menyiapkan sendiri tempat sampah. Baik untuk sampah yang dapat direcycle (daur ulang) atau sampah yang dapat terurai (organik),” ungkapnya.

Pdt. Jelty menambahkan, Amerika Serikat berpegang pada tiga prinsip untuk menangani sampah yakni Mencegah produksi sampah, Mendaur ulang/menggunakan kembali suatu produk serta Meperbaiki cara pengawasan dan pembuangan sampah akhir.

Senada dengan Pdt. Jelty, Ketua Rukun Kawanua Tomohon New Hampshire Amerika Samuel Wondal mengatakan, upaya pengelolaan sampah yang baik tidak hanya memecahkan masalah pencemaran lingkungan tapi juga bisa menjadi solusi memperlambat efek pemanasan global.

Wondal asal Kelurahan Walian Tomohon yang sudah 16 tahun berdomisili di Amerika mengakui, dirinya pernah bekerja di bagian daur ulang sampah kota Somerworth. “Pengolahan sampah di Kota Somerworth dimulai dari rumah penduduk, dimana Pemerintah atau swasta menyediakan plastik tempat sampah.  Mereka menyediakan plastik sampah dan dibayar. Harganya lumayan. Untuk sampah daur ulang tidak dibayar. Karena selesai dipakai, tempatnya dikembalikan ke pemilik. Lain halnya dengan sampah plastik. Tempatnya tidak dikembalikan,” jelas Wondal.

“Pengangkutan sampah setiap  hari Rabu. Warga telah menaruhnya di tempat yang disiapkan didepan rumah, setelah dipisahkan sampah yang akan didaur ulang dengan sampah plastik. Bagi warga yang membuang sampah sembarangan, pemerintah mengenakan denda sebesar 25 Dollar,” tambah Wondal, yang juga aktif dalam pelayanan Presbyterian Church New Hampshire USA.

Diketahui, data dari Lembaga Perlindungan Lingkungan AS (Environmental Protection Agency) menyebutkan, penduduk Amerika menghasilkan 250 juta ton sampah padat per tahun. Jumlah surat kabar dan kertas yang berhasil didaur ulang ada di tempat kedua sebesar 71 persen dan sekitar duapertiga (67 persen) kaleng baja berhasil didaur ulang. Tantangan terbesar ada pada upaya mendaur ulang produk-produk elektronik konsumen dan wadah gelas. AS baru berhasil mendaur ulang seperempat (25 persen) dan sepertiganya.

Amerika sudah menentukan jenis sampah apa saja yang menjadi prioritas untuk diolah dan didaur ulang, meliputi sampah kemasan, limbah kendaraan, beterai, peralatan listrik dan sampah elektronik. Di AS, keberhasilan upaya daur ulang sejumlah produk juga sangat menggembirakan. Jumlah baterai (aki) kendaraan yang berhasil didaur ulang mencapai 96 persen.

(Penulis: Frangki Noldy Lontaan.  Editor: Pdt. Janny Ch. Rende, M.Th)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here