MTPJ 4 – 10 Maret 2018 Minggu Sengsara III

0
12894

TEMA BULANAN : “Penatalayan yang Memiliki Kapabilitas, Integritas dan Komitmen”
TEMA MINGGUAN : “Komitmen Mengikut Yesus”
Bacaan Alkitab : Lukas 9 : 57 – 62
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Dalam rangka melaksanakan tugas membaharui dan memeli-hara keutuhan ciptaan Tuhan di tengah-tengah dunia, dibutuh-kan spiritualitas pemimpin dan warga gereja yang siap meng-hadapi segala keadaan entah hal itu menyenangkan atau tidak. “GMIM adalah persekutuan orang-orang Minahasa dan suku-suku lain serta ras-ras lain, yang ada di tanah Minahasa dan di luar tanah Minahasa, yang percaya kepada Yesus Kristus untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Tuhan Allah dan menjadi berkat bagi orang banyak di manapun dan kapanpun” (Tata Gereja GMIM 2016, Bab I, pasal 1). Dari arti nama ini, jelaslah bahwa GMIM adalah Gereja yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Kepala gereja bertekad melaksanakan dan merealisasikan amanat agung-Nya. Oleh karena itu harus memi-liki pemimpin yang mempunyai kemampuan, kecakapan, ke-pandaian dan kesanggupan (kapabilitas) untuk melaksanakan visi dan misi gereja. Tugas itu pasti bisa dilakukan jika turut dibangun bersama, watak/karakter pemimpin dan warga gereja yang bermutu/berkualitas, memiliki kewibawaan dan kejujuran yang tinggi (Integritas). Pemimpin (pelayan) adalah hamba Tuhan yang berkomitmen untuk siap menyangkal diri, menjadi teladan, jujur dan setia melaksanakan panggilan Tuhan, mengi-kut Dia, apapun resikonya.

Jika demikian maka pertanyaan: siapa yang dapat memimpin gereja ke depan? Maka jawabannya adalah warga gereja yang memiki Kapabilitas, Integritas dan Komitmen untuk mengikut Yesus dan melaksanakan perintah-Nya.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Penulis Injil Lukas menceritakan tentang jalan Yesus menuju kematian di mana Ia akan menderita, dibunuh sampai genap waktunya diangkat ke Sorga. Perjalanan di Samaria yang diwarnai dengan penolakan juga berisi keputusan penting untuk menentukan jalan-Nya. Ia mengarahkan pandangan-Nya  untuk pergi ke Yerusalem (9:51). Di tempat inilah Anak Manusia akan menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan di-bangkitkan pada hari yang ketiga (9:22), Ia akan diserahkan ke  tangan manusia 9:44). Tapi di kota yang hendak dituju itu akan terjadi kemenangan (kehidupan), sebab setelah genap waktu-nya, Yesus diangkat ke Sorga (9:51).

Lukas 9:57-62 berisi percakapan (dialog) antara Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan ke Yerusalem. Seorang berkata kepada Yesus: “aku akan mengikut Engkau”. (Yunani akolouthíste sou= mengikuti engkau), merupakan pernyataan spontan yang mengejutkan sebab Yesus baru saja ditolak dari orang-orang Samaria. Gambaran tentang kesukaran sudah begitu jelas, karena itu pernyataan ini perlu dipertanyakan, apakah tulus atau tidak. Itulah sebabnya Yesus tidak serta merta menerima. Jawab Yesus: “serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Serigala dan burung mempunyai tempat tinggal sementara Anak Manusia, Yesus sendiri tidak mempunyai tempat untuk membaringkan kepala-Nya. Yesus tidak memberi jawaban yang menjadi daya tarik bagi mereka untuk mengikut Dia. Bukan pula kata-kata yang berisi bujukan atau rayuan tetapi gambaran tentang kekurangan dan penolakan yang pasti dialami ketika mengikut Dia. Tidak mem-punyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya bisa menunjuk pada keadaan bahwa Yesus tidak mempunyai tempat kediaman tetap. Apakah mereka siap dengan keadaan itu? Kemudian Ia berkata kepada seorang yang lain: “Ikutlah Aku!” (Yun: Synécheia mou= ikuti saya). Suatu ajakan yang sangat penting untuk menjadikan seseorang sebagai murid. Ia rela mengikut Yesus dengan syarat yaitu ia akan menguburkan bapanya dulu. Dikalangan orang Yahudi tanggung jawab mengurus orang tua, sampai mati dan dikuburkan adalah kewajiban yang luhur. Tetapi jika dalam arti kiasan bahwa orang mati adalah orang yang tidak menerima Allah dan hidup bertentangan dengan kehendak-Nya. Dalam hal mengikut Yesus atau memenuhi panggilan Yesus berhubungan dengan Kerajaan Allah.Karena itu, penugasan Yesus menjadi lebih penting dari ikatan-ikatan lain yang ada di dunia ini. Kata-kata Yesus “tetapi engkau, pergilah (Yun: pigaíno – artinya pergi) merupakan perintah tanpa kompromi untuk tugas memberitakan Kerajaan Allah (Yun: diakirýssoun ti vasileía tou Theou). Dengan ini Yesus mempro-klamirkan diri-Nya sebagai Tuhan atas tradisi.

Selanjutnya murid yang lain bersedia mengikut Yesus tetapi ia minta izin untuk berpamitan dengan keluarganya. Alasan yang sangat logis bagi seorang yang akan melakukan perjalanan dan meninggalkan keluarganya. Tetapi situasi yang mendesak, sebab sudah dalam perjalanan tentunya tidak memiliki waktu kembali ke rumah. Seorang yang dalam perjalanan untuk mengikut Yesus tidak diizinkan lagi untuk menoleh kebelakang dan berkompromi dengan ikatan-ikatan dalam dunia. Sebab untuk mengikut Yesus dibutuhkan tekat yang bulat, tak ada keraguan ataupun penyesalan meninggalkan keluarga dan ikatan-ikatan lainnya. Kerajaan Allah membutuhkan orang-orang yang siap untuk berjuang dengan segala resiko yang harus diterima dan dihadapi karena berhubungan dengan masa kini yaitu jalan penderitaan yang harus dilalui oleh Tuhan Yesus untuk menebus dosa manusia dan masa depan yang berisi kemenangan bagi orang-orang yang percaya dan diselamatkan. Seperti halnya seorang yang siap untuk membajak, ia harus memandang ke depan, memusatkan perhatian pada pekerjaan yang sementara dikerjakan, supaya hasilnya maksimal dan tepat sasaran. Perjalanan bersama dengan Yesus, menuntut pengorbanan. Artinya urusan keluarga sekalipun itu penting harus dinomor-duakan demi kesetiaan melaksanakan panggilan suci-Nya. Jika tidak maka secara tegas Yesus mengatakan  tidak layak untuk Kerajaan Allah. Tidak layak (Yun.aníkanos artinya tidak pantas, tidak patut) untuk Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu sendiri sudah ada melalui kehadiran-Nya dalam pelayanan melalui jalan sengsara, kematian sampai pada kenaikan-Nya ke sorga.

Makna dan Implikasi Firman

Banyak orang merindukan kehidupan lebih baik sehingga  berbagai upaya yang dikerjakannya. Orang cenderung tunduk dan berharap menerima sesuatu yang dianggap seseorang yang mampu memimpin. Akibatnya persaingan, pembunuhan karak-ter yang mengakibatkan permusuhan sehingga pesekutuan ge-reja menjadi rapuh dan kehilangan kesaksian. Padahal gereja mengajarkan kepada anggota jemaat bahwa mengikut Yesus adalah persoalan memberi dan bukan soal menerima.

Tuhan Yesus mengajak warga gereja yang berkomitmen mengi-kut Dia untuk tetap setia pada panggilan sekalipun mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan bahkan sangat sulit. Ada saat kita ditolak, dan tidak dihargai, janganlah membuat kita mening-galkan Tuhan dan mengingkari panggilan-Nya.Seorang yang berkomitmen untuk mengikut Yesus, tidak akan menjadikan kesukaran sebagai penghalang.

Siapa pun yang terpanggil sesuai rencana Allah untuk bekerja melayani-Nya, mewartakan Kerajaan Allah, harus siap menjadi-kan dirinya sebagai alat kemuliaan bagi nama Tuhan.

Kerajaan Allah (pemerintahan Kristus) yang sudah ada dan yang akan datang membutuhkan orang-orang yang tidak mengejar kesenangan, keamanan dan ketentraman dalam mengikut Yesus. Justru yang dituntut adalah komitmen untuk menjalani dengan setia. Ada banyak orang Kristen, untuk memperjuangkan Kerajaan Allah (pemerintahan Kristus), menyaksikan kabar baik bagi orang mengalami resiko yang berat seperti dipenjara, dituduhkan hal-hal yang tidak dilakukannya dan mengakibatkan  penderitaan baginya dan keluarga. Nabi Yesaya saat dipanggil oleh Allah langsung menyatakan kesediaaan; “Ini aku utuslah aku” (Yesaya 6) sekalipun pada akhirnya ia mengalami pen-deritaan, kekurangan,penolakkan, penganiayaan bahkan pem-buangan. Tapi Yesaya percaya bahwa Tuhan akan membangun kembali umat pilihan-Nya. Para penginjil di masa lalu telah membajak tanpa menoleh, tidak kembali ke negaranya yang ka-ya dan menawarkan kesenangan tetapi justru rela mati di Mina-hasa untuk melaksanakan penugasan dari Sang Juruselamat.

Dalam penghayatan tentang masa sengsara Tuhan Yesus, perlu sekali dibangun komitmen untuk mengikut Yesus dengan ber-sedia menerima segala resiko. Mengikut Yesus di jalan sengsara merupakan panggilan yang sangat menantang. Persoalannya adalah apakah kita sungguh-sungguh atau tidak!

 PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa komitmen mengikut Yesus menurut perikop Lukas 9:57-62 ?
  2. Menurut saudara, dewasa ini hal-hal apa yang sangat menonjol, yang menjadi batu sandungan untuk setia mengikut Yesus dan bagaimana cara mengatasinya? 

NAS PEMBIMBING: Lukas 18:29-30 

POKOK-POKOK DOA:    

  • Proses pemilihan BPMS
  • Para anggota Majelis Sinode utusan Jemaat dan Wilayah
  • Panitia Pemilihan di aras sinode supaya semua proses pemilihan berjalan dengan baik, lancar sesuai Juklak Pemilihan.
  • Warga gereja tetap setia mengikut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA III 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan: KJ.No.33 Suara-Mu Kudengar

Ses. Nas Pemb: Siapa Yang Setia

Pengakuan Dosa: KJ.No.149 Sang Maha Tabib T’lah Dekat

Pemberitaan Anugerah Allah: KSK. No. 13 Di tengah Kesukaran

Ajakan Mengikuti Yesus di Jalan Sengsara: KJ.No. 372 Inginkah Kau Ikut Tuhan

Ses Doa, Pembacaan Alkitab: NNBT No. 29 Apakah Yang Tlah Engkau Lakukan

Persembahan: NKB No.199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan

Nyanyian Penutup: Tabah dan Setiawan 

ATRIBUT:

Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here