“Inilah ruang rapat BPMS di Kantor Sinode GMIM. Keputusan-keputusan operasional pelayanan gereja, berdasarkan keputusan persidangan sinodal diputuskan di sini, ujar Pdt. Sumakul di hadapan 30 orang finalis Remaja Teladan GMIM. Iapun menjelaskan luasnya wilayah pelayanan GMIM yang tersebar mulai dari Kepulauan Gangga, Bangka, Talise (Gabata) sampai Modoinding, Kepulauan Bunaken sampai Lembeh.Di mata Pdt. Sumakul, kualitas seleksi remaja teladan dapat dikatakan luarbiasa. Antaranya karena para peserta memiliki kemampuan public speaking. Disinggung pula tentang adanya pendeta yang jika berkhotbah hanya melihat ke atas atau ke bawah, tidak menatap wajah anggota jemaat. Ini menyangkut terbangunnya self confidence.
Makna memakai selempang remaja teladan, bagi Pdt. Sumakul, tidak hanya kebanggaan tapi memberi nilai kehormatan. “Saudara memakai selempang ini sebagai tanda orang yang dihormati” lanjutnya, “Belajarlah untuk memiliki tiga kompetensi. Pertama, intelektual yang bagus, intelligent quotes, bernalar kuat atau tinggi. Untuk tinggal di masyarakat era posmodern, maka pendidikan musti tinggi supaya cerdas berpikir. Tapi itu tidak cukup. Karena itu emotional quotes perlu. Di atas segalanya spiritual quotes. Bagaimana hidupnya yang menyembah Tuhan dan rendah hati belajar dari firman Tuhan.”
“Supaya hidupmu paripurna, gapailah cita-cita dengan tiga kecerdasan itu,” tegas Pdt. Sumakul.
Iapun memotivasi para remaja teladan, “Saudara menjadi tulang punggung dari pelayanan gereja, yang akan jadi petinggi di masyarakat juga saudara. Saudara harus bermisi, mengabarkan injil. Kembangkan tutur kata dan perilaku yang baik. Jangan menjual iman saudara. Di manapun kamu diutus, kabarkan Injil dan bersaksi. Kalau gereja kuat iman dan menginjili, gereja akan survive,” ujarnya.
Dalam sesi dialog yang dipandu Sekretaris BPMS Pdt. Hendry Runtuwene, para remaja diberi kesempatan untuk bertanya. Tak menyia-nyiakan kesempatan, merekapun mengacungkan tangan. Pertanyaan yang disampaikan terbilang “berat” dan oleh moderator disebut “setingkat” pertanyaan dalam persidangan gereja di aras sinode. Hadirinpun tersenyum sambil mengangguk.
Para penanya antaranya Emanuela K. Wokas dari Jemaat Imanuel Sendangan Sonder, Andre J. Ronaldo Legi utusan Jemaat Berhikmat Karombasan dan Beckham Podung dari Jemaat Ekklesia Tatelu. Hal yang ditanyakan mulai dari apa motivasi Pdt. Sumakul menjadi Ketua BPMS, bagaimana memunculkan kewibawaan pribadi di hadapan rekan sejawat dan orang lain, mengembangkan kecerdasan emosional, dan bagaimana mengkoordinasikan pelayanan GMIM yang wilayahnya terbilang luas dan penganut terbesar di Sulawesi Utara.
Menjawab pertanyaan tersebut, Pdt. Sumakul mengawali dengan penjelasan pentingnya memiliki emotional quotes. “Hebatnya orang berpikir, hebatnya orang berdoa, tapi kalau emosional tidak stabil, ini jadi persoalan,” ujarnya. “Tapi saya berpegang pada firman: pilihlah yang baik maka engkau akan hidup. Kalau pilih yang baik maka kita akan stabil dan bisa jadi panutan.” Komunitas atau kelompok pergaulan juga penting. “Komunitas yang baik itulah yang akan mengingatkan atau menasihati kita”, tambah Pdt. Sumakul.
Pilihan kita akan menentukan apa yang harus dilakukan. “Kalau sudah tahu internet porno, jangan buka itu. Jika kamu suka berhasil, umur panjang, belajarlah mengatakan tidak kepada dosa. Melakukan yang baik memang tidak selalu berjalan mulus. Sering harus siap dengan tangisan, tekanan, pengorbanan atau via dolorosa. Jalan menuju kemenangan adalah lewat jalan salib. Artinya pula, memilih yang baik harus berusaha”, jelasnya.
“Saya menjadi Ketua BPMS bukan karena kehebatan Pdt. Sumakul-nya, tapi karena anugerah Tuhan. Selalu berharap kepada Tuhan. Kunci yang selalu saya pegang yaitu integritas. Kata dan perbuatan harus selaras. Punya kejujuran. Kalau sudah begitu nanti Tuhan yang promosi, bukan kamu. Rajin belajar dan berdoa. Hubungan vertikal kepada Tuhan bagus dan horisontal bagus. Ciptakan komunitas, bangun rasa persaudaraan, brotherhood, sisterhood. Jangan ada kesombongan individualisme, selalu hadirkan kebersamaan.” Lanjutnya, “Sebagai badan saya adalah ketua BPMS. Kesulitan satu bidang pelayanan hendaknya menjadi pergumulan semua bidang.”
Menyangkut kewibawaan, Pdt. Sumakul menunjuk pada kewibawaan dan kekuatan GMIM selaku lembaga. “Kekuatan di GMIM bukan di Sinode tapi pada Penatua/Syamas yang jumlahnya hampir 25 ribu. Lalu ada anggota jemaat. BPMS hanya dipercayakan untuk mengelola itu. Jika orang memberikan persembahan, bukan sinodenya hebat. Tapi orang itu yang berjumpa dan mengasihi Tuhan, bekerja keras, ringan tangan untuk memberi. Makin banyak jemaat yang sadar memberi maka pelayanan gereja akan makin kuat.” Sebab itu, ujarnya lagi “Kita berwibawa dalam pelayanan. Itulah kewibawaan dari Tuhan. Di sini jemaat yang beraneka ragam akan tampak dalam satu Tubuh Kristusyang dipersatukan oleh Roh Kudus”.
Pdt. Sumakul juga berharap agar dari remaja ini, nantinya ada yang jadi menteri, gubernur, bupati dan berbagai jabatan dan profesilainnya. “Ingatlah, semua profesi sama di hadapan Tuhan. Yang Tuhan inginkan supaya hati kita selaku Gereja, selalu dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya.”
Mengakhiri dialog, Sekretaris BPMS Pdt. Runtuwene mengajak, “Kiranya apa yang disampaikan Ketua dapat disimak, dipahami untuk diberlakukan. Sebagai remaja jadilah garam dan terang melalui tutur kata, sikap dan tindakan yang menjadi berkat bagi banyak orang.”//
Penulis: Pdt. Heski L. Manus ; Editor: Pdt. Janny Ch. Rende
{oziogallery 253}