TEMA BULANAN:
“Kebersamaan Bergereja”
TEMA MINGGUAN:
“Perpecahan menghancurkan kebersamaan”
BACAAN ALKITAB:
1 Korintus 1:10-17
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Perpecahan menghancurkan kebersamaan. Tema ini dipilih mengingat kondisi pelayanan gereja di dunia ini yang sangat rentan permasalahan. Gereja terus bergumul, berjuang supaya gereja tetap kuat dalam melaksanakan tugas panggilannya. Namun di tengah upaya gereja berjuang membangun kebersamaan sebagai sebuah kekuatan dalam pelayanan, gereja sadar bahwa banyak hal yang dapat saja menimbulkan perpecahan dalam jemaat. Apakah itu disebabkan oleh warga gereja secara pribadi, atau kelompok dalam jemaat, tetapi juga perpecahan disebabkan oleh pemimpin itu sendiri. Perpecahan disebabkan juga oleh karena anggota jemaat tidak mengikuti kehendak Allah tetapi telah mengikuti roh dunia seperti mengutamakan kepentingan diri sendiri (egoisme, ketamakan dll). Karena itu diharapkan dengan pemilihan tema yang berangkat dari perikop yang sudah dipilih ini kiranya kita di bawa untuk terus berada pada jalur kebersamaan hidup bergereja. Seberat apapun tantangan dan pergumulan yang kita alami dalam pelayanan kebersamaan kiranya terus terjaga bagi kemuliaan Tuhan dan hidup gereja yang bertumbuh dalam kebersamaan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) – Di Korintus Paulus pernah mengunjungi dan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memberitakan Injil ( Kis 18 ). Kunjungan pelayanan itu telah membuat Paulus akrab dengan pengikut-pengikut Yesus di sana. Paulus menulis surat karena mereka adalah sahabatsahabatnya tetapi juga didorong oleh karena Paulus
telah mendengar berbagai pandangan dan keraguan untuk percaya pada Yesus. Secara khusus Paulus prihatin dengan perselisihan dalam persekutuan jemaat yang telah mengakibatkan perpecahan. Tidak dapat dipungkiri kondisi ini dapat saja terjadi mengingat kondisi kota Korintus yang sangat ramai. Dengan memiliki dua buah pelabuhan menjadikan Korintus sebagai kota yang ramai. Korintus dipengaruhi oleh berbagai kelompok orang dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Selain berbagai tradisi lama seperti penyembahan terhadap dewi cinta, afrodite yang masih terus tumbuh waktu itu. Biarpun demikian keramaian kota Korintus menjadi keuntungan bagi pemberitaan lnjil. Karena dengan mudah Injil dapat dibawa oleh orang-orang Kristen yang berkunjung ke Korintus, ke pelosok daerah asal dari orang yang pernah berkunjung ke Korintus. Tetapi kondisi ini juga menjadi peluang bagi jemaat ini rentan dengan konflik. Dalam tulisan 1Kor 1:10-17 ini nampak sekali karakter dari seorang pekabar Injil yang bernama Paulus. Paulus tidak berada di Korintus ketika 1 mengetahui ada perselisihan di tengah jemaat. Tetapi tindakan Paulus untuk berkirim surat menunjukan kepedulian yang besar terhadap tugas pelayanan.
Nampak hubungan yang akrab terus dibangun oleh Paulus dengan orang-orang yang ada di Korintus melalui keluarga Kloe. Keluarga Kloe hanya bisa memberi informasi tentu karena kedekatan dengan Paulus. Kelihatannya jemaat terpecah karena saling mengklaim bahwa rasul-rasul tertentu yang paling benar. Beberapa orang memilih Paulus. Yang lainnya memilih Apolos yang terkenal karena kemampuannya berbicara di de pan umum (berpidato ). Dan pengetahuannya akan Alkitab serta berdebat dengan orang yang menentang Injil Kristus menarik bagi orang Yahudi (bnd (Kis 18:24-28). sedangkan yang lainnya memilih Kefas atau Petrus yang adalah murid terdekat dengan Yesus sejak perjalanan pelayanan Yesus bersama dengan murid-murid-Nya (band Mat 4:18-20). Tentu saja di antara tokoh-tokoh yang menjadi idola ini memiliki kelebihan masing-masing. Sayangnya kelebihan yang dilihat dari ketiga tokoh yang disebutkan ini, telah mengantar jemaat berada dalam perpecahan. Paulus tidak membiarkan jemaat di Korintus berlama-lama dalam perselisihan. Perselisihan tidak akan memberikan keuntungan bagi pertumbuhan gereja. Sebaliknya perpecahan hanya akan membawa gereja pada kerugian yang besar. Paulus dalam kewibawaan sebagai hamba Tuhan datang menyelesaikan dengan nasehat “demi nama Tuhan Yesus Kristus supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu. Tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (ay. 10). Dalam konteks perikop ini ternyata bukan hanya
pada persoalan saling mengklaim kebenaran pribadi para rasul saja yang melanda hid up jemaat di Korintus. Tetapi juga persoalan ajaran baptisan menjadi perdebatan. Sangat mungkin masalah dogmatis dipengaruhi oleh persoalan ketika mereka mengidolakan rasul-rasul tertentu.
Makna dan Implikasi Firman – Perpecahan seperti yang terjadi di jemaat Korintus sangat mudah terjadi dalam kehidupan persekutuan berjemaat yang telah melibatkan dua orang atau lebih, dalam lingkungan keluarga (rumah tangga), di kolom, jemaat, wilayah dan sinode. Perpecahan kadang kala dipicu oleh perbedaan mendasar yang berupa perbedaan kepentingan atau tujuan dari pihak-pihak yang terlibat. Konflik antar individu-i individu dengan kelompok, antar masyarakat dalam satu komunitas, konflik antar suku/etnis. Perbedaan pendirian dan perasaan setiap orang, dapat menjadi pemicu utama dalam konflik sosial dan hidup bergereja. Melalui berita media masa banyak pertikaian terjadi karena rasa dendam, cemburu, iri hati dan sebagainya yang merupakan nilai duniawi. Selain itu banyaknya perceraian keluarga adalah bukti nyata perbedaan prinsip duniawi telah menimbulkan konflik perpecahan. Umumnya perbedaan pendirian atau pemikiran lahir karena setiap orang memaksakan kebenaran cara pandang yang berbeda terhadap orang lain.
Dalam persekutuan jemaat, apapun alasan dari suatu masalah pemicu konflik tidaklah dapat ditolerir. Karena konflik hanya akan mengantar jemaat pada masalah yang berkepanjangan. Dan konflik hanya akan menghanyutkan kebersamaan yang telah dibangun bertahun-tahun dengan susah payah. Kebersamaan bergereja tidak akan pernah teralami ketika konflik berkepanjangan terus dibiarkan berkecambah dalam setiap sendi kehidupan persekutuan jemaat. Pengalaman konflik jemaat Korintus hendaknya menjadi tanda awas kehidupan berjemaat. Bahwa konflik dapat saja menimpa siapa saja, kelompok apapun, kapan, dan dimanapun. Akan tetapi dalam keadaan konflik yang merusak hendaknya ada tokoh seperti Paulus yang mampu melihat permasalahan secara jeli dan mampu tampil dengan nasihat iman mampu memberikan kesejukan dalam ketegangan dan solusi atas masalah pelayanan. Dalam kondisi seperti ini sebagai umat Allah hendaknya nasihat Rasul Paulus supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu dan sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir”(ay 10). Ketika kita ada dalam konflik memang tidak mudah untuk mendengar orang lain, apa lagi melakukan seperti apa yang dinasihatkan oleh rasul Paulus ini. Di sinilah panggilan pelayanan Jemaat diuji. Apakah kita masih terus bertahan pada keangkuhan, egoisme, gengsi, kepentingan pribadi yang hanya akan memperparah konflik dalam jemaat? Akankah kita terus hidup dalam dosa, atau sebaliknya ingin membangun indahnya kebersamaan dalam bergereja. Karena itu kepada kita sebagai anak-anak Tuhan yang dipercayakan oleh Tuhan untuk mengelola tugas pelayanan dalam jemaat, “Marilah kita melakukannya dengan mata tertuju kepada Yesus yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi dia yang sekarang duduk di sebelah kanan tahta Allah”( lbr 12:2). “Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar dan telinganya kepada permohonan mereka yang minta tolong tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat( 1 Pet 3:12). Dengan mata tertuju kepada Yesus Kristus Kepala Gereja, maka kita akan terhindar dan perpecahan yang hanya akan menghanyutkan kebersamaan dalam membangun kehidupan bergereja.
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah yang menghambat kebersamaan pelayanan di Jemaat, wilayah, Sinode?
- Bagaimana anda menyelesaikan konflik dan apakah sikap seperti Paulus masih di temukan dalam pelayanan saudara?
POKOK-POKOK DOA
- Mendoakan Negara agar tidak jatuh pada perpecahan yang dapat menyulut peperangan.
- Perbedaan ras, etnik budaya dilihat sebagai kekayaan hidup berbangsa berdasarkan Pancasila.
- Semangat oikumenis terus dikembangkan untuk melihat fokus pelayanan gereja menghadirkan Injil Kristus di tengah-tengah perbedaan gereja