TEMA BULANAN : “Berdemokrasi dalam kemenangan Kristus ”
TEMA MINGGUAN : “Kuasa kemenangan Kristus menembus batas-batas sosial budaya”
Bahan Alkitab : Yosua 6:23-25; Yohanes 4:1-10
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dalam konteks dunia yang majemuk dan pluralis, persoalan perbedaan itu menjadi hal yang di satu sisi membawa pada “kekayaan” oleh sebab kepelbagaian tapi disisi lain perbedaan itu menjadi pemicu tapi di sisi lain perbedaan itu menjadi pemicu keretakan bahkan mengarah pada tindakan keke-rasan. Manusia menganggap sesamanya sebagai musuh. Lebih banyak melihat yang negatif pada orang lain dari pada positifnya. Lebih banyak curiga pada orang lain dari pada membangun komunikasi. Gereja hadir di tengah kema-jemukan, saat zaman dan tempat seharusnya menjadi tanda kehadiran Allah sendiri kepada setiap komunitas manusia.
Di saat mana kemajemukan sosial budaya terus berubah. Hakekat Misi, adalah persoalan penyampaian kabar baik kepada semua orang. Sifatnya universal berlaku pada seluruh bangsa, segala budaya, disetiap strata kehidupan di semua tempat, walaupun hal ini kadang di lihat sepele. Pemahaman tentang “Tuhan itu baik pada semua orang”, dipersempit dalam …. Pelayanan gereja.
Gereja sebetulnya harus menyikapi ini, sebab menjadi tnada awas, bahwa gereja pada masa kini sering tidak dapat menembus budaya-budaya, bahkan keberadaan sosial masya-rakat, ketika misi gereja hanya terpaku pada pemberitaan Injil secara verbal saja.
Ada penginjilan secara berapi-api, mujizat penyembahan sangat sering dilakukan. Sementara ruang diskusi, dialog gereja dengan sesama yang berbeda iman untuk sebuah perjuangan keadilan, kebenaran dan perdamaian kurang diberi perhatian. Membangun dialog, telah dicontohkan oleh Tuhan Yesus kepala gereja, yang mendaratkan secara langsung Injil itu sendiri, yang menembus batas-batas perbedaan, yang membawa kemenangan, yang membawa pemulihan yang membuka kesadaran banyak orang, bahwa Allah hadir untuk semua orang, bahwa Allah mencintai semua orang.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab(Exegese)
Peristiwa Paskah adalah sumber dan titik tolak iman Kristen. Paskah adalah dasar dan pusat iman Kristen. Rasul Paulus menulis, “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan kami dan sial-sialah juga kepercayaan kamu” (I Korintus 15:14).
Seluruh hidup dan pekerjaan Tuhan Yesus selama 33 tahun itu akan dapat dimengerti kalau kita memahami makna peristiwa Paskah.
Peristiwa Paskah, peristiwa yang membawa orang percaya mengalami kemenangan, adalah sebuah bukti betapapun besarnya Kasih Allah bagi kehidupan manusia.
Yohanes 4:1-10, mengisahkan tentang hal itu, bahwa per-jumpaan Yesus dengan Perempuan Samaria adalah per-jumpaan yang menembus batas-batas sosial budaya.
Yesus melakukan perjalanan dari Yudea di selatan kembali ke Galilei di utara. Biasanya orang-orang Yahudi berjalan memutari Samaria untuk menghindari kontak dengan orang-orang Samaria, tetapi Yesus mengambil rute langsung. Ia sampai di Sikhar sebuah kota kecil dekat sumur Yakob.
Dahulu ada sebuah kota besar di sana, persis di tempat kejadian itu. Di puncak Gunung Gerizim di dekatnya ada sebuah kuil pesaing Bait Allah Yerusalem. Tetapi kota dan kuilnya sudah dihancurkan sebelum jaman Yesus, dan yang tersisa tinggal sebuah desa. Teman-temannya telah pergi ke kota untuk membeli makanan. Hanya seorang wanita Samaria yang ada di sana, yang sedang menarik air dari sumur.
“Yesus yang kelelahan akibat perjalanan itu, sedang duduk dekat sumur itu. waktu itu sekitar tengah hari. Seorang Wanita Samaria datang untuk mengambil air, dan Yesus mengatakan padanya, “Berilah aku minum,” (Murid-murid-Nya telah pergi ke kota untuk membeli makanan). Wanita Samaria itu berkata padanya, “Bagaimana bisa engkau, seorang Yahudi, meminta minum dariku, seorang perempuan Samaria?” Yesus menjawabnya, “Andaikata kau mengetahui karunia Tuhan dan siapa yang meminta padamu, “Berilah aku minum,” kau pasti telah memintanya darinya, dan ia pasti memberikan padamu air kehidupan (Baca 4:1-10).
Setiap tetes air yang digunakan di rumah harus diambil dari sumur lokal. Jadi setiap hari wanita-wanita berjalan ke dasar anak tangga yang ditata dibebatuan, mengisi tempayan-tempayan gerabah mereka yang berat, menapak ke atas, dan membawa air itu ke rumah. Biasanya itu dikerjakan oleh wanita-wanita yang masih muda dan kuat, tetapi yang terjadi sekarang tidak seperti itu. Wanita Samaria itu sudah tidak muda, dan karena ia membawa airnya sendiri, rupanya tidak ada wanita muda di rumahnya untuk mengerjakan tugas yang berat itu.
Yesus meminta air dan wanita Samaria itu untuk minum, dan di situlah dimulai sebuah percakapan terpanjang yang pernah tercatat antara Yesus dengan siapapun (dalam Injil). Yang mengherankan, percakapan itu terjadi justru dengan seorang wanita kafir pula. Wanita itu sendiri heran ketika Yesus berbicara padanya, sebab orang-orang Yahudi dan Samaria saling memusuhi. Yesus dengan santai mengabaikan per-seteruan turun-temurun antara dua kelompok itu. Ia mulai bicara pada wanita itu tentang “air kehidupan”. Wanita itu menanyai dia dan mengajaknya berbincang-bincang. Yesus menerangkan bahwa ketika orang-orang minum air biasa, mereka akan haus lagi. Tetapi ia memiliki air yang memberikan kehidupan kekal, bukan kehidupan sementara. Tentu saja hal itu memikat perhatian wanita itu, apalagi sebagai orang yang setiap hari harus mengambil air, Ia memohon agar diberi “air kehidupan” itu sekedarnya. Dalam cerita ini, seorang wanita mengalami tahap-tahap keper-cayaan yang progresif pada Yesus. Ia bertemu dengan Yesus, ia belajar tentang dia, dan akhirnya ia percaya padanya. Kemudian ia pergi dan bercerita pada orang-orang tentang dia. Orang-orang yang mendengarkan dia akhirnya juga percaya pada Yesus. Berawal dari sebuah ketulusan hati seorang perempuan (Rahab perempuan sundal), maka sebuah bangsa yang besar (Israel) dimenangkan, termasuk keluarga-nya. Sebuah kisah yang sangat menarik di catat dalam Yosua 6:23-25 bahwa Allah memakai Rahab, perempuan sundal, menjadi alat-Nya. Dua pengintai yang telah membangun komunikasi dengah Rahab memenuhi janji mereka. Mereka memiliki komitmen terhadap apa yang mereka ucapkan pada hari-hari sebelumnya. Dengan menunjukkan komitmen ter-sebut maka sebuah generasi diselamatkan dan tembok per-bedaan diantara mereka diruntuhkan.
Makna dan Implikasi Firman
Kehidupan sosial budaya, tidak bersama, dipisahkan dari kehidupan manusia setiap warga mempunyai kewajiban untuk menyikapi kehidupan dalam persoalan budaya, sosial. Sebuah relitas di Negara ini bahwa persoalan social budaya membawa pada kondisi pengkotak-kotakan hidup antar sesama.
Dalam keberagaman dan kepelbagaian sebetulnya persoalnya sosial budaya merupakan sebuah kekayaan dan hal itu dapat dipertanggungjawabkan sejarah tidak mengganggu perkem-bangan kehidupan spiritual, sehingga tidak harus menimbul-kan persoalan dan mempertajam konflik yang berakibat pada perbedaan kehidupan strata masyarakat. Kita kemudian mengalami kesulitan untuk menjalankan dan mendaratkan ritme misi untuk bagaimana memahami kita dengan orang lain sama, walau dalam budaya yang berbeda.
Merasa sulit bagi kita untuk menembus batas-batas sosial budaya. Walaupun hal itu diupayakan dari waktu ke waktu, baik oleh gereja maupun pemerintah tapi juga LSM-LSM yang ada. Sejarah mencatat tentang hal ini, (Bagaimana menembus batas-batas sosial budaya). Sejarah mencatatnya, sejarah pula yang menyaksikannya, banyak orang memaknainya, banyak mulut mengucapkannya dan banyak tinta-tinta yang menulis-kannya. Pluralisme, kita banyak menyesatnya. Sebuah kata yang dalam ilmu sosial disebut sebagai kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain, hidup bersama serta membuahkan hasil tanpa konflik pembauran. Pluralism diandaikan sebagai wadah yang mengandung semangat, tekad, konkrit untuk menciptakan kedamaian.
Kita dipanggil ke tengah-tengah realitas bangsa termasuk bidang sosial budaya, menjalankan tugas panggilan-Nya. Sebuah kenyataan di tengah-tengah kemajemukkan telah hampah prilaku dimana gereja dan pemerintah sebagai “penguasa” menjadi mitra untuk mencapai kepenulisan masing-masing dan terkadang gereja telah terjebak dalam suatu dimensi teologi yang rapuh.
Misi gereja bergerak dalam keterpanggilan untuk menemukan identitas sejati, bahwa tugas misi, datangnya dari Allah. Manusia hadir sebagai kawan sekerja Allah, mengasihi diri dan sesama. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada yang membencimu (Lukas 6:27).
Misi di pahami berasal dari Allah, dalam mewujudkan keselamatan di dunia, untuk menyatukan kehendak Allah, dan merefleksikan kasih-Nya secara kreatif. Gereja adalah, kawan sekerja Allah yang dituntut untuk hidup dalam kasih, sehati sepikir dalam satu tujuan peka dalam setiap permasalahan dan dengan ketulusan dan kerelaan membangun komunikasi dengan siapapun dengan tidak mencari keuntungan sendiri, melainkan selalu berbuat baik untuk kepentingan orang lain juga. Mendasarkan segala sesuatu dari dalam kebenaran Firman Allah, maka gereja terpanggil untuk meluruskan yang bengkok, proaktif, untuk melihat dan melibatkan setiap situasi dan kondisi di mana kebersamaan perlu dibangun, sekalipun di tengah banyak kepentingan, tembok-tembok pemisah satu dengan yang lain. Gereja punya tanggungjawab etis teologis untuk memberlakukan dan menjelaskan nilai-nilai demokrasi Kristiani dalam keadilan, kebenaran dan perdamaian. Berani dan rela untuk mengimplikasikan kehidupan dalam kebe-ragaman.
Demikian seorang Rahab (perempuan sundal), seorang yang tak diperhitungkan kehadirannya di tengah komunitas ketika itu, tapi dalam segala keberadaannya Tuhan berkenan memakai dia menyelamatkan keluarganya dan bangsa Israel.
Allah mau menyatukan kasih-Nya pada semua orang, dan inilah anugerah-Nya. Bahwa adalah kehendak bebas Allah untuk memakai siapa saja menjadi kawan sekerja-Nya menembus batas-batas sosial budaya.
PERTANYAAN DISKUSI
- 1.Apakah yang saudara mengerti mengenai sesama dalam teks Alkitab.
- 2.Bagaimana sikap Yesus dalam perjumpaan dengan perempuan Samaria
- 3.Berikan komentar saudara mengenai keberadaan Rahab
- 4.Berikan contoh tentang “Kemajemukan dan Pluralisme” di sekitar saudara
NAS PEMBIMBING : 1 Korintus 15:14
POKOK-POKOK DOA
- 1.Bagi Misi Demokrasi dalam keadilan, kebenaran dan perdamaian
- 2.Bagi Misi Pelayanan Injil untuk semua orang
- 3.Bagi Misi pemeliharaan budaya sebagai pelayanan injil.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Allah: KJ No.10
Ses Doa Penyembahan: NNBT No.3
Pengakuan Dosa: NNBT No. 29
Janji Anugerah Allah: NNBT No. 30
Ses Puji-pujian: NNBT No. 7
Ses Pembacaan Allakitab: Ku yakin saat Kau berfirman
Ses Pengakuan Iman: KJ No. 249
Persembahan: NNBT No. 15
Nyanyian Penutup: KJ No. 341
ATRIBUT YANG DIGUNAKAN :
Warna dasar putih dengan simbol salib berwarna kuning dan setangkai bunga bakung yang sedang mekar