MTPJ 6 – 12 September 2015

0
6630

TEMA BULANAN: “ Solidaritas dalam Panggilan Gereja”
TEMA MINGGUAN: “Gereja yang Peduli, Beribadah dan Hidup dalam Ketekunan”
Bahan Alkitab: Ibrani 10:19–39

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Gereja adalah persekutuan orang percaya, yang dipanggil dari dalam kegelapan masuk ke dalam terang Yesus Kristus supaya dapat hidup sebagai anak-anak Allah, yang bersekutu, bersaksi dan melayani bagi dunia, untuk hormat dan kemu-liaan nama Tuhan. Gereja hanya dapat disebut gereja jika melakukan aspek-aspek ini. Tetapi harus diakui bahwa untuk mewujudkan hal-hal  tersebut tidaklah mudah. Karena dalam realita akibat ilmu pengetahuan dan teknologi serta  berbagai kesenangan maupun tekanan dan masalah hidup, semakin banyak warga gereja yang mengabaikan persekutuan, kesak-sian dan pelayanan gereja. Banyak perilaku yang tidak saling peduli satu sama lain bahkan saling menjatuhkan. Tak sedikit yang menjauhkan diri dari persekutuan-persekutuan, karena lebih suka hidup sendiri untuk menikmati berbagai kenik-matan dunia, sehingga mengabaikan hidup yang beribadah kepada Tuhan. Itulah sebabnya tidak heran jika warga gereja tak dapat menunjukkan identitas, integritas dan jatidirinya dengan baik di dalam dunia ini. Akibatnya banyak yang terombang-ambing, tidak tahan uji bahkan menjadi murtad.

Banyak usaha yang diupayakan gereja untuk dapat meng-hadapi berbagai masalah yang muncul. Ada yang berhasil, tetapi tidak sedikit yang gagal. Kenapa begitu ? Salah satu jawabnya, adalah karena gereja dalam arti pribadi dan istitusi sering hidup tidak tekun. Oleh sebab itu diangkatlah tema : “Gereja yang Peduli, Beribadah dan Hidup dalam Ketekunanuntuk perenungan di minggu berjalan ini.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (“Exegese”)

Surat Ibrani ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina untuk memberikan kekuatan kepada mereka, karena  sedang dianiaya dan dalam keadaan putus asa. Banyak di antara mereka meninggalkan iman kepada Yesus serta kembali pada kepercayaan Yahudi yang terikat dengan hukum Taurat. Mereka diberikan penguatan tentang keunggulan Yesus yang telah menebus mereka. Bahwa Ia adalah Imam Besar,oleh sebab itu mereka harus saling memperhatikan, teguh dalam iman, tetap beribadah dan hidup dalam ketekunan.

Dalam kemah suci tempat beribadah orang Israel ada tirai yang memisahkan “Ruang Kudus” dan Ruang Mahakudus” yang hanya boleh dimasuki oleh imam besar sekali setahun (Ibrani 9:7) ketika membawa korban syukur umat. Orang Israel tak dapat menghampiri Allah dengan leluasa. Tetapi ketikaYesus Kristus mempersembahkan nyawa-Nya sebagai kurban yang sempurna, Ia telah membuka jalan baru ke hadapan Allah. Diri-Nya telah menjadi tabir, sehingga orang percaya dapat menghampiri Allah dalam keberanian.  Artinya, jika dulu orang percaya  tidak dapat secara langsung bertemu dengan hadirat Allah, tetapi di dalam Yesus Kristus,  dapat secara langsung mendekatkan diri kepada Allah dan berjumpa dengan-Nya (Ayat 19-21).

Dengan dasar iman bahwa Yesus adalah Imam Besar itu, maka penulis Ibrani  mengajak  jemaat supaya  memiliki hati yang tulus ikhlas dan teguh dalam pengakuan tentang peng-harapan (ayat 23). Saling memperhatikan atau saling peduli supaya saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (ayat 24),supaya jemaat tetap beribadah, dan tidak men-jauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah sambil saling menasehati menjelang hari Tuhan yang mendekat (ayat 25).

Selanjutnya dengan tegas, penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa jika jemaat yang sudah tahu tentang kebenaran dan sengaja berbuat dosa, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Konsekuensinya mereka akan meng-alami kematian. Dikatakannya, jika ada yang menolak hukum Musa akan dihukum mati, apalagi kalau menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang telah dikuduskannya, serta yang menghina Roh Kudus. Sebab Tuhan akan menghakimi umat-Nya, hal ini adalah suatu kengerian (ayat 26-31). Umat Tuhan perlu mengingat, bagaimana mereka sesudah menerima terang telah banyak menderita, karena bertahan dalam perjuangan yang berat, sekalipun harta dirampas. Tetapi mereka telah menerima hal itu dengan sukacita karena mengetahui memiliki harta yang lebih baik dan lebih menetap sifatnya. Oleh sebab itu mereka tidak boleh meninggalkan kepercayaannya karena besar upah yang menantinya (ayat 32-35).

Yang diperlukan oleh jemaat adalah ketekunan (Yun: “hupomone”)arti kesejajarannya adalah kesabaran, keta-bahan dan ketahanan,  supaya sesudah melakukan kehendak Allah, mereka memperoleh apa yang dijanjikan, sebab keda-tangan Tuhan sudah dekat. Bagi orang benar yang bertekun akan hidup oleh iman, tetapi orang yang mengundurkan diri tidak akan berkenan pada-Nya dan sekaligus akan binasa (ayat 36-39).

Makna dan Implikasi Firman

  • Setiap warga Gereja terpanggil untuk memiliki penge-tahuan yang dalam, luas dan benar tentang Yesus Sang Kepala Gereja supaya tidak mudah diombang ambingkan oleh berbagai pengajaran. Oleh sebab itu para pelayan khusus perlu memperlengkapi diri agar dapat memper-lengkapi warga gereja-Nya.
  • Berbagai tantangan dan masalah hidup, termasuk kese-nangan hidup, janganlah membuat kita tidak peka bah-kan tidak peduli lagi kepada orang lain. Banyak orang lemah, sakit dan bermasalah yang sangat mengharapkan perhatian kasih dari kita. Jangan kita menjadi egois apalagi mengambil hak orang lain dan mempermainkan hukum demi uang, prestasi, prestise dan kesenangan diri. Tapi kita harus saling menolong, saling mendoakan dan saling melengkapi dengan kasih, sebagai tanda kepe-dulian kita terhadap sesama, sebagaimana Yesus telah peduli dan menyelamatkan kita.
  • Ibadah kepada Tuhan, di tengah keluarga dan jemaat adalah hal yang prioritas dan tidak boleh dinomorduakan. Sekalipun kita sibuk untuk mencukupkan setiap kebu-tuhan pribadi dan keluarga. Dengan rajin beribadah selain kita bersekutu, tetapi pengajaran yang benar akan terpe-lihara dengan baik.
  • Menjelang hari Tuhan, warga gereja harus hidup dalam ketekunan. Ada kesabaran, ketabahan, ketahanan dan ketekunan serta tahan uji. Tanpa ketekunan kita tak dapat menikmati kebahagiaan dalam keluarga. Tanpa kete-kunan kita akan mudah menyerah dalam pelayanan. Tanpa ketekunan kita tak akan bekerja dengan baik bahkan bisa jatuh dalam dosa. Tanpa ketekunan kita tak dapat hidup benar dihadapan Tuhan dan akan terhitung sebagai orang-orang yang akan binasa. Ini adalah suatu kengerian besar.
  • Jadilah kita gereja yang memelihara kemurnian ajaran dalam Yesus Kristus, hidup peduli satu sama lain dan beribadah kepada-Nya serta hidup dalam ketekunan. Jangan pernah mengundurkan diri dari hidup yang benar supaya kita tidak binasa.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI       

  1. Apa yang kita pahami tentang Yesus sebagai Imam Besar sehingga dengan keberanian dapat menghadap Allah  ?
  2. Bagaimana supaya kita dapat menjaga kemurnian ajaran, dapat hidup peduli, beribadah dan hidup dalam kete-kunan ?

NAS PEMBIMBING: Roma 12 : 9 – 12.

POKOK-POKOK DOA:

  • Gereja semakin memahami pokok-pokok ajarannya supaya tidak mudah terombang-ambing.
  • Diharapkan supaya warga gereja semakin peduli satu sama lain, aktif beribadah dan hidup dalam ketekunan.
  • Pemerintah dimampukan menjamin kebebasan bergereja.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN HARI MINGGU BENTUK I 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN

Panggilan Beribadah : K.J No 10:1,2,5.Pujilah Tuhan, Sang Raja.

Ses Nas Pembimbing: NNBT No. 6 Allah Bapa Yang Kumuliakan.

Pengakuan Dosa : NNBT No. 11. Ya Allahku, Kami Mengaku Dosa.

Berita Anugerah Allah : K.J. No. 293 : 2,3. Puji Yesus.

Pengakuan Iman : K.J. No.242:1,4. Muliakan Allah Bapa.

Hukum Tuhan : NNBT No. 7 Mari Puji Tuhan Yesus.

Persembahan :  NNBT No. 20. Kami Bersyukur Pada-Mu, Tuhan.

Penutup : NNBT No.35. Tuhan, Kau Gembala Yang Baik. 

ATRIBUT:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.