RHK Senin, 7 September 2015

0
2493

Yesus sebagai Imam Besar

Ibrani 10:19-21

Dalam Perjanjian Lama kemah suci orang Israel terbagi dua bagian yakni “Ruang Kudus” dan “Ruang Mahakudus” yang  dipisahkan dengan sebuah tirai. Orang Israel tidak dapat masuk secara langsung ke tempat yang Mahakudus itu. Mereka hanya diwakili oleh para imam yang masuk ke tempat itu setahun sekali yaitu ketika membawa korban syukur umat. Dalam Perjanjian Baru dipahami dan diamini bahwa Yesus adalah Imam Besar yang telah masuk ke ruang Mahakudus yakni Sorga dan menjadikan diri-Nya sebagai korban yang sempurna kepada Allah. Sehingga Ia adalah tabir pengantara antara Allah dan umat-Nya. Dengan demikian orang percaya dapat menghadap Tuhan Allah melalui Yesus.

Dengan pemahaman iman seperti ini, maka penulis kitab Ibrani mengajak orang percaya, termasuk kita untuk memiliki keberanian menghadap Allah melalui Yesus. Kebe-ranian (Yun: “parrhesia”) berarti: keberanian percaya, berani berterus terang, dengan leluasa dan kebebasan penuh. Hal ini berarti melalui Yesus yang adalah Imam Besar, kita dapat percaya, berterus terang, dengan leluasa dan kekebasan penuh untuk bisa menghadap Allah di sorga.

Sebagai keluarga Kristen kita harus menjadi keluarga yang berani menghadap Allah. Kita berani mempercayakan hidup kepada-Nya. Dapat dengan leluasa menyampaikan kerinduan, pergumulan dan harapan serta bebas kapan saja untuk menghadap Dia dalam doa, pujian dan syukur. Kalau ini yang kita lakukan maka berbahagialah kita yang dikasihi dan ditebus Tuhan. Amin.

Doa: Ya Tuhan Allah, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau memungkinkan kami untuk mendekati Engkau dengan keberanian melalui pengorbanan Yesus yang adalah Imam Besar kami. Tolonglah agar kami menjadi keluarga yang selalu mau datang menghadap hadirat-Mu yang kudus. Amin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here