Kajian Ilmiah dari Tim Penerjemah Alkitab Bahasa Manado
Kita ketahui bahwa ada beberapa dialek atau versi bahasa Melayu di Indonesia. Salah satunya adalah bahasa Melayu yang sudah lama berkembang di Sulawesi bagian utara, yang sekarang ini mencakup daerah Sulawesi Utara, Gorontalo dan sebagian daerah di Sulawesi Tengah. Di daerah-daerah tersebut, bahasa ini lebih populer disebut bahasa Manado. Kata ‘Manado’ dalam istilah ‘Bahasa Manado’ ini sudah mewakili daerah-daerah tersebut di atas.[1] Oleh karena itu, dalam buku ini, digunakan istilah ‘bahasa Manado’.
Bahasa Manado adalah bahasa yang berdiri sendiri dan patut dipakai dalam pelayanan gereja. Kedua hal ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain:
- Sejarah bahasa (sosiolinguistik)
- Struktur bahasa (ilmu linguistik)
- Dasar alkitabiah dan sejarah gereja
- Dasar ilmu pendidikan
- Dasar ilmu komunikasi dan ilmu penerjemahan
Dengan memperhatikan kepatutan bahasa Manado tersebut di atas, maka dibuatlah terjemahan bahasa Manado. Terjemahan bahasa Manado ini telah melalui suatu proses yang ilmiah dan terperinci, antara lain: mencoba hasil, uji coba di berbagai tempat dan juga pemeriksaan secara independen dengan konsultan. Pihak-pihak yang telah terlibat dalam proses ini adalah pakar-pakar teologi dan ilmu bahasa, pendeta-pendeta, petani, para siswa dan pihak-pihak lain dari berbagai sub-etnis di Sulawesi Utara. Walaupun terjemahan ini telah melalui proses-proses tersebut, namun tim penerjemah tetap bersedia menerima tanggapan dan usulan agar hasil terjemahan selanjutnya lebih jelas dan mudah dimengerti.
Sejarah Bahasa Manado
Bahasa Manado adalah sistem komunikasi yang memiliki sistem bunyi (fonologi) dan tata bahasa yang baik dan lengkap. Bahasa ini sudah menjadi bahasa pengantar di daerah Sulawesi bagian utara selama beberapa abad dan berkaitan erat dengan sejarah dan budayanya. Bahasa tersebut diperkaya baik oleh bahasa-bahasa lokal maupun bahasa-bahasa dari luar. Bahasa Manado ini bukan merupakan dialek dari bahasa Indonesia, bukan bahasa Indonesia yang ‘rusak’ dan bukan pula bahasa ‘pasar’.
Bahasa Indonesia baru ditetapkan sebagai bahasa yang resmi pada pertengahan abad ke-20 dan menjadi bahasa persatuan. Bahasa Indonesia berakar dari jenis bahasa Melayu yang dipakai oleh penutur asli dalam bidang pemerintahan dan sastra di sekitar keraton-keraton Riau dan Johor pada abad-abad sebelumnya.[2] Demikian juga dengan bahasa Manado yang berakar dari bahasa Melayu, tetapi dari jenis dan pola penggunaannya yang berbeda.[3] Jadi kedua bahasa ini adalah bahasa yang berdiri sendiri dan didasarkan pada jenis bahasa Melayu yang berbeda.
Sejarah perkembangan bahasa Manado tidak terlepas dari perkembangan bahasa di Maluku Utara. Pada tahun 1.500an, para pedagang membawa jenis bahasa Melayu yang dikatakan ‘Bazaar’ dari Riau dan Johor ke Maluku Utara[4]. Para pedagang ini berasal dari Indonesia bagian barat, Sulawesi selatan, juga dari negara-negara Arab dan negara-negara Eropa. Para pedagang ini bukan penutur asli bahasa Melayu, dan mereka hanya menggunakan bahasa ini sebagai bahasa perdagangan saja. Demikian juga halnya dengan orang Maluku Utara, mereka bukanlah penutur asli bahasa Melayu dan tidak dapat menggunakan bahasa ini dengan baik dan benar.
Pada waktu itu, ada beberapa proses yang mulai mengubah bahasa Melayu yang digunakan di Maluku Utara. Proses-proses semacam itu, umum dialami di banyak tempat lain di dunia, dimana satu bahasa dari luar mulai dipakai secara luas dalam masyarakat yang beranekaragam bahasa lokalnya.[5] Proses pertama adalah penyederhanaan morfologi atau pembentukan kata, contoh: awalan meng–, di– dan akhiran –kan tidak lagi dipakai, dan penggunaan kata kase dan beking diperluas, contoh: memberi makanan -> kase makang, memanaskan -> beking panas. Proses yang kedua adalah penyesuaian struktur dan pola kalimat dengan bahasa-bahasa lokal, contoh: rumahnya -> de pe ruma; hari itu dia memberikan buku itu kepada mereka -> tu hari dia da kase tu buku pa dorang. Sedangkan proses yang ketiga adalah peminjaman kata dari bahasa-bahasa daerah dan bahasa-bahasa lain, misalnya Bahasa Ternate, Portugis dan Belanda, contoh: ngoni (bahasa Ternate), kadera (bahasa Portugis), for dan mar (bahasa Belanda). Ketiga proses ini sangat mempengaruhi bahasa Melayu tersebut.
Pada beberapa abad yang lalu, para pedagang mulai berdatangan dari Maluku Utara ke Sulawesi Utara. Mereka menggunakan bahasa Melayu ini sebagai bahasa pengantar. Bersamaan dengan itu, orang Sulawesi Utara khususnya yang tinggal di daerah pesisir mulai menggunakan bahasa ini untuk berkomunikasi dengan orang luar. Mereka menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa perantara.
Pada waktu itu orang Sulawesi Utara bukanlah penutur asli bahasa Melayu dan tidak dapat menggunakan bahasa ini dengan baik. Dengan munculnya bahasa Melayu, maka bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Utara bercampur dengan bahasa tersebut, sehingga menghasilkan bahasa yang kemudian disebut bahasa Manado. Contoh serapan kata dari bahasa-bahasa Minahasa: maere, kwa, dan batowo.
Sekarang ini keberadaan bahasa Manado di Sulawesi bagian utara sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Tetapi sampai sekarang penggunaan bahasa Manado dalam bentuk tulisan masih sangat terbatas.
struktur bahasa (ilmu linguistik)
Masing-masing bahasa mempunyai ciri khas dalam struktur, sejarah, dan pola yang digunakan. Status bahasa Manado sebagai bahasa yang berdiri sendiri dapat dibuktikan dari beberapa hal, antara lain: sistem bunyi (fonologi), tata bahasa dan pola bahasa yang digunakan dalam masyarakat.[6] Di bawah ini akan diuraikan secara singkat mengenai hal-hal tersebut di atas:
Sistem bunyi (vokal) | |
Bahasa Indonesia | Bahasa Manado |
a, i, o, u, dan dua bunyi e:
é (énak, béda), [e murni] e (besar, sebab) [e pepet] |
a, i, o, u, dan satu bunyi e:
e (séka) [e murni saja] |
Apabila terdapat e pepet pada suku kata pertama dalam bahasa Indonesia, seringkali dalam bahasa Manado vokal pertama itu menyesuaikan dengan vokal pada suku kata yang berikut. Kata-kata seperti ini ditulis sesuai dengan bunyi. Misalnya:
Bahasa Indonesia |
Bahasa Manado |
Kenal | kanal |
Benci | binci |
telur | tolor |
gemuk | gumu |
Urutan kata dalam frase dan konstruksi posesif juga berbeda. Misalnya:
Bahasa Indonesia | Bahasa Manado |
orang itu | tu orang itu |
anak ini | ni anak |
rumahnya | de pe ruma |
teman kakaknya | dia pe kaka pe tamang |
Dalam sistem kata kerja dan pembentukan kata benda dari kata kerja, bahasa Indonesia lebih menggunakan awalan dan akhiran (ber-, me-, di-, memper‑, ter‑, -kan, -an, pe- -an, per- -an, ke- -an). Fungsi awalan ta– dalam bahasa Manado tidak jauh berbeda dengan awalan ter– dalam bahasa Indonesia, contoh: taambor dan tabawa. Tetapi fungsi dan penggunaan awalan ba– dalam bahasa Manado tidak selalu sama dengan awalan ber- dalam bahasa Indonesia, contoh: bagula, babli dan bakuat. Bahasa Manado juga memiliki pengulangan awalan yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, contoh: babaron, tataguling, pambapontar dan mamanangis. Awalan me– dalam bahasa Indonesia hanya muncul dalam bahasa Manado pada beberapa kata yang sudah mengalami proses pembekuan, contoh: manyasal, manyangkal dan mangaku. Salah satu fungsi dari akhiran ‑kan dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan dengan konstruksi kata kerja bantu bahasa Manado kase dan beking, contoh: bahasa Indonesia tunjukkan à bahasa Manado kase tunjung, dan panaskan à beking panas. Bahasa Manado juga mempunyai kata-kata penghubung yang berbeda dengan bahasa Indonesia, contoh: abis, for, hele, kong, lantaran, lei, mar, serta, so dan tagal.
Bahasa Manado juga memiliki satu kelas kata yang disebut ‘partikel’ dalam ilmu bahasa. Partikel ini memiliki arti tersendiri jika berada dalam suatu konteks kalimat. Partikel bahasa Manado memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Contoh partikel dalam bahasa Manado: akang, dang, komang, kote, no dan stou.
Jadi secara ilmiah, bahasa Manado memiliki pola tata bahasa sendiri yang sangat berbeda dengan tata bahasa Indonesia. Sistem bunyi dan tata bahasa Manado adalah baik dan lengkap, dan secara ilmiah patut diteliti dan dihargai sebagai bahasa tersendiri. Sehingga pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Manado adalah dialek bahasa Indonesia yang ‘rusak’, tidak memiliki dasar ilmu bahasa.
Dasar alkitabiah dan sejarah gereja
Naskah asli Perjanjian Baru ditulis pertama-tama dalam bahasa Yunani Koine. Bahasa Yunani tersebut menggunakan huruf yang berbeda dengan bahasa Indonesia (contoh ini dari Markus 1:1):
Dari naskah bahasa Yunani tersebut, Perjanjian Baru diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia ini, antara lain: bahasa Belanda, Inggris, Indonesia, Batak dan Jawa serta bahasa lain. Penerjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Manado ini berdasarkan makna dari naskah asli.
Firman Allah adalah pedoman untuk umat-Nya. Penting sekali bagi umat-Nya untuk dapat mengerti dengan baik Firman Allah ini. Allah mengatakan kepada Yosua, “Buku hukum itu harus selalu kaubacakan kepada umat-Ku. Pelajarilah buku itu siang dan malam, supaya selalu kau melaksanakan semua yang tertulis di dalamnya. Kalau kau melakukan semuanya itu, hidupmu akan makmur dan berhasil” (Yosua 1:8, BIMK. Dari ayat ini kita melihat begitu penting Firman Allah untuk umat-Nya.
Sejak dahulu, makna Firman Allah menjadi dasar iman untuk gereja Tuhan. Itulah sebabnya, penerjemahan Alkitab selalu mendahului atau mengikuti perkembangan gereja yang kuat, bertahan dan terus berlanjut. Gereja tidak terikat pada batas-batas politik atau bahasa nasional saja, tetapi berjuang dan berusaha agar seluruh umat Kristus dapat memegang dan memahami Alkitab dalam bahasa yang mudah dimengerti. Oleh karena itu, sepatutnyalah orang Manado dapat membaca Alkitab dalam bahasanya sendiri, yaitu bahasa Manado.
Dasar ilmu pendidikan
Para guru sekolah telah berjuang keras agar murid-murid menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Itu sangat dibutuhkan. Tetapi dengan adanya terjemahan bahasa Manado ini, apakah kedua bahasa tersebut bersaing? Tidak. Kedua-duanya mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda dalam masyarakat. Kedua-duanya patut dipakai sesuai dengan konteks masing-masing.
Pendapat yang menyatakan bahwa satu bahasa harus maju dan yang lain tidak patut digunakan adalah pendapat yang tidak mengerti pola penggunaan bahasa-bahasa di dunia pada umumnya, dan khususnya di Sulawesi bagian utara. Pendapat yang sempit ini akan menyebabkan bahasa dan budaya masyarakat Manado akan semakin berkurang, sedangkan bahasa serta budaya dari luar akan semakin berkembang.
Ada beberapa guru sekolah dan dosen perguruan tinggi yang mengeluh bahwa para pelajar dan mahasiswa di Sulawesi Utara kurang mampu menulis laporan atau skripsi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini juga dialami oleh para pendidik di tempat lain, dimana bahasa nasional dan bahasa lokal bersaing. Jadi, jika bahasa Manado tidak diakui sebagai bahasa tersendiri seperti halnya bahasa Indonesia, maka diyakini bahwa sebagian anak-anak Manado akan tetap menulis laporan dan skripsi dengan bahasa Indonesia campuran yang tidak memuaskan. Di tempat lain dimana terdapat bahasa lokal selain bahasa resmi yang digunakan, para guru mulai sadar bahwa anak-anak perlu dididik untuk mengenal dan membedakan pola-pola dari kedua bahasa yang berbeda. Selama perbedaan antara kedua bahasa tidak jelas, maka anak-anak tetap memakai bahasa yang keliru dan tidak memuaskan. Kalau anak-anak dididik untuk mengenal, membedakan dan menggunakan kedua bahasa secara baik dan benar, itu baru ada perkembangan.
Misalnya, perlu meningkatkan kesadaran anak-anak Manado untuk membedakan struktur kalimat, kosa kata dan pola menyusun cerita dalam kedua bahasa yang berbeda. Sebagai contoh:
Jenis kata | Bahasa Indonesia | Bahasa Manado |
Kata ganti orang | saya (aku), anda, dia, kami, kita, kalian, mereka | kita (ta), ngana (na), dia (de), torang (tong), ngoni, dorang (dong) |
Negatif | tidak (tak) | nyanda, nda, ni- (nimau) |
Kata ganti milik | motor bapaknya | dia pe papa pe motor |
Ungkapan | jangan menggangu | bajao jo |
Susunan frase | hari itu | tu hari (itu) |
Kata penghubung | lalu | kong |
Dengan memahami keberadaan dan kesadaran terhadap pola-pola bahasa Manado dan bahasa Indonesia, anak-anak Manado bisa maju dan menjadi pintar dalam menggunakan baik bahasa Manado maupun bahasa Indonesia.
Dasar ilmu komunikasi dan ilmu penerjemahan
Ilmu komunikasi mengingatkan kita bahwa kata-kata yang ingin disampaikan perlu disusun dalam bahasa dan bentuk yang dapat dimengerti oleh para pendengar dan pembaca. Kosa kata, susunan kalimat, bahasa kiasan dan gambaran, informasi tersirat atau yang dianggap kaku ataupun asing, menghalangi komunikasi yang baik. Masalahnya, pada waktu kata-kata disusun, seringkali hal-hal yang masuk akal bagi penyusun lebih diperhatikan daripada sifat-sifat para pendengar dan para pembaca. Itulah sebabnya, banyak usaha dalam bidang pendidikan, pemerintahan dan gereja kurang berhasil dalam berkomunikasi.
Ilmu penerjemahan mengemukakan tiga tujuan dasar untuk terjemahan yang baik:
Mempertahankan makna dari teks sumber (yaitu dari Perjanjian Baru bahasa Yunani)
- Berkomunikasi secara jelas atau gampang dimengerti dalam bahasa sasaran (dalam hal ini, bahasa Manado)
- Menyusun bahan terjemahan dalam bahasa sasaran yang wajar
Penerjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Manado ini mengikuti prinsip-prinsip yang diakui oleh lembaga-lembaga penerjemahan Alkitab, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Terjemahan ini mengikuti dan mempertahankan makna dari naskah asli dalam bahasa Yunani.
Beberapa dialek dalam bahasa Manado
Disadari bahwa ada beberapa versi atau dialek dalam bahasa Manado. Bahasa Manado yang digunakan di kota Manado tidak persis sama dengan bahasa Manado yang digunakan di desa-desa sekitarnya, bahkan pulau-pulau di daerah Sangir-Talaud, di daerah Minahasa atau di kota Bitung. Karena itu, diusahakan untuk menggunakan bahasa yang paling umum. Apabila dalam teks Perjanjian Baru bahasa Manado ditemukan perbedaan dialek, maka anda dapat membacanya sesuai dengan dialek anda sendiri. Contohnya, apabila ditemukan kata ‘trus’ dalam teks PB bahasa Manado, tetapi di daerah setempat biasanya menyebut ‘turus atau tarus’, kata tersebut dapat dibaca sesuai dengan dialek setempat.
Selamat membaca Perjanjian Baru dalam bahasa Manado. Ingatlah bahwa rahasia membaca bahasa Manado adalah dengan menggunakan intonasi yang biasa digunakan orang di daerah Sulawesi bagian utara. Semoga Tuhan menolong, memberkati dan memperkuat iman kita melalui Firman-Nya.
[1] Bahasa Manado ini bukan menunjuk pada bahasa yang pernah ada di Pulau Manado Tua dan sekitarnya, melainkan bahasa Melayu yang berkembang sesudahnya.
[2] Moeliono, Anton. 1986. Language development and cultivation: alternative approaches in language planning. Pacific Linguistics D–68. Canberra: Australia.
Abas, Husen. 1987. Indonesian as a unifying language of wider communication: a historical and sociolinguistic perspective. Pacific Linguistics D–73. Canberra: Australia.
[3] Grimes, Charles E. 1996. Indonesian – the official language of a multilingual nation. Dalam S.A Wurm, Peter Mühlhäusler dan Darrell Tryon, red. Atlas of languages of intercultural communication in the Pacific, Asia, and the Americas. Trends in Linguistics, Documentation 13. Berlin: Mouton de Gruyter. hal. 719–727.
[4] Prentice, Jack. 1994. Manado Malay: Product and agent of language change. In Language contact and language change in the Austronesian world (Trends in Linguistics, studies and Monographs, 77) edited by Tom Dutton and Darrell T. Tryon. Berlin: Mouton de Gruyter. Hal.411.
[5] Thomason, Sarah Grey, dan Terrence Kaufman. 1988. Language contact, Creolization, and genetic linguistics. Berkeley: University of California Press.
Mühlhäusler, Peter. 1986. Pidgin and Creole linguistics. Oxford: Basil Blackwell.
[6] Balai Pustaka. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.