Sejarah lahirnya Jemaat Mahanaim Sawangan Wilayah Sonder

0
2147

Pada Tanggal 17 April 2016, Jemaat GMIM Mahanaim Sawangan Wilayah Sonder merayakan 140 Tahun berdirinya jemaat. Berikut ini diturunkan sejarah singkat lahirnya Jemaat Sawangan yang disarikan dari Buku: “KARYA SUKACITA” yang diterbitkan BPMJ GMIM Mahanaim Sawangan Wilayah Sonder Tahun 2009.

Sawangan berasal dari kata ”masawang-sawangan” (bahasaTombulu) yang berarti tolong menolong. Pada mulanya negeri ini terbentuk akibat para pendatang yang membuka lahan perkebunan dan tempat mencari buruan hewan liar untuk dimakan. Kelompok utama yang datang memiliki lahan ini berasal dari Desa Rambunan. Lalu ada juga yang berasal dari Desa Pinaras, Sarongsong dan sekitar Sonder.

Begitulah, berawal dari lokasi pencarian binatang, berkembang menjadi tempat bermukim. Keluarga-keluarga yang telah menetap tidak kembali ke tempat aslinya, maka lahirlah Wanua Sawangan. Status pemerintahan adalah ‘lingkungan jauh’ dari Desa Rambunan. Demikianpun pelayanannya masih di bawah asuhan Jemaat Rambunan dan para penulong/pendeta dari Sonder.

Secara pemerintahan, Jemaat Mahanaim Sawangan awalnya masuk dalam Distrik Kawangkoan kemudian Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Secara geografis berada di dataran lembah yang dikelilingi perbukitan dan perkebunan rakyat. Jemaat ini juga diapit perkebunan dan hutan di sebelah timur Desa Tincep, di sebelah barat Desa Lahendong, di sebelah utara desa Pinaras dan di sebelah selatan Desa Rambunan. Selanjutnya jarak tempuh menuju Desa Sawangan dari ibukota Kecamatan Sonder sekitar 5 km dan sekitar 15 km dari kota Tomohon dan Kawangkoan.

Kehidupan jemaat GMIM “Mahanaim” tak bisa dilepaskan dari mayoritas warganya berasal dari penduduk Rambunan dan wilayah Tomohon (Sarongsong dan Pinaras), serta Sonder. Hingga sekarang bahasa dan adat kebiasaan yang digunakan adalah Tombulu. Kendati kedudukan dan pergaulan masyarakat berdekatan dengan masyarakat Sonder yang memiliki adat dan bahasa Tountemboan. Dari segi mata pencaharian dan penghasilan jemaat, pada umumnya bekerja sebagai petani penggarap, buruh tani, tukang dan wiraswasta serta sebagian kecil selaku pegawai negeri, tibo-tibo di pasar Tomohon serta Kawangkoan.

Sejarah Perkembangan Injil dan Pelayanan di Sonder

Salah satu pos penginjilan dari NZG adalah Sonder, Ibu negeri Pakasaan Sonder dan salah satu dari antara 27 pakasaan di Minahasa yang berbahasa Tountemboan Sumonder. Penginjil N. Graafland bertugas di Sonder Tahun 1850. Nicolas Graafland yang dilahirkan 2 Maret 1827, sesudah mendapat latihan di Rotterdam ia ditetapkan menjadi penginjil di Sonder Minahasa. Ia seorang guru yang qualified dan tiba di Jakarta 08 November 1849. Pada 16 Maret 1851 tiba di Sonder dan mulai dengan mengadakan murid stetzel dan pada Tahun 1851 Graafland membuka sekolah guru, dimulai dengan murid 4 orang. Pada tahun 1854 sesudah ia berlibur di Tanawangko, sekolah guru itu dipindahkannya ke sana.

Kemudian melalui penginjilan Wilken di bawah asuhan Adam Matern melakukan pelayanan ke Sonder dan jemaat-jemaat yang termasuk didalamnya. Sampai Tahun 1858 seluruh daerah Tomohon termasuk sebagian besar Sonder dan sekitarnya telah dikristenkan termasuk Desa Rambunan. Kendati demikian harus diakui pemeliharaan dan tanggung jawab dalam pelayanan di jemaat-jemaat masih sangat minim.

Setelah itu datanglah penginjil Johan Albert Schwarz (anak dari J.G. Schwarz) di Sonder Tanggal 22 September 1861 dan ia bekerja di sana selama 44 tahun sampai meninggal dunia tahun 1905. J.A. Schwarz mempraktekkan metode murid stetzel di mana seseorang atau beberapa pemuda-pemudi tinggal di rumah sang penginjil dan dididik untuk menjadi guru dan penginjil.

Dia juga mempelajari bahasa Tontemboan untuk memudahkan komunikasi dengan penduduk, menyusun kamus bahasa Tontemboan dan tiga jilid buku lain yang berisi cerita. Schwarz membuka sekolah, mengajar dan melaksanakan pelayanan baptisan. Beberapa sumber mencatat bahwa Schwarz berturut-turut mengadakan pelayanan baptisan pada tanggal 27 Oktober 1861 di Sonder, kemudian di Rambunan pada tanggal 01 Desember 1861 dan di Sawangan pada tanggal 08 April 1877 terhadap tujuh orang anak. Bahkan pada tahun-tahun selanjutnya di negeri Sawangan telah dilaksanakan peneguhan nikah dan pengangkatan sidi anggota-anggota jemaat. Selanjutnya setelah Johan Albert T. Schwarz meninggal pada tahun 1905, pelayanan di Sonder termasuk Sawangan diteruskan oleh para penolong penginjil dan pendeta yaitu, J. Louwerier, D.R.S. Schoch, M. Birkhoff, G.F. Schroder, A. Rimper, Ds. B. Mundong, S. Tumbelaka.

Tak bisa disangkal kemajuan jemaat dan pertumbuhan iman khususnya dalam pelayanan yaitu dari penulong A.B.G Rattu di Tahun ‘50-60an. Beliau yang banyak kali datang untuk melayani pelayanan, baik pelayanan Sakramen Perjamuan Kudus, Baptisan, Sidi Jemaat sampai peneguhan Nikah. Demikianpun penanggungjawab untuk mengatur jemaat secara organisatoris dipercayakan kepada warga jemaat setempat sejak tahun 1905. Selaku Penatua yaitu Pnt. Jhony Mandagi, Pnt. Salem Mewo, Guru Piet Turang  Kambei, Guru F.h. Karundeng, Guru Jemaat Albert Mandagi, Guru Jemaat Robert Mandagi, Guru Jemaat Nelson Kambey hingga yang terakhir pada tanggal 31 Desember 1999 Guru Jemaat J.R. Samola.

Inilah catatan sejarah perjalanan Injil ke Sonder lalu ke Sawangan. Pada tanggal 08 Oktober 1995 saat penthabisan rumah gereja dan pastori jemaat oleh Ketua Sinode GMIM, Pdt. DR. W.A. Roeroe, jemaat ini dicanangkan bernama “Mahanaim” yang berarti “Bala Tentara Sorga” (Kej. 32:2; II Samuel 17:15-29).

Berikut nama-nama yang Dipermandikan pertama di negeri Sawangan pada 08 April 1877 oleh Zendeling Leraar Johan Albert T. Schwarz yaitu :

  1. Josefina Mewo
  2. Josep Mewo
  3. Amelia Rintjap
  4. Karolina Supit
  5. Willem Rintjap
  6. Albert Rintjap
  7. Herman Rintjap

Pemberkatan Nikah Pertama di Sawangan pada 10 September 1879 oleh Zendeling Leraar Johan Albert T. Schwarz yaitu: Frederik Goni (asal Rambunan) dan Kornella Mampuk (asal Pinaras).

Peneguhan Sidi Pertama di Sawangan pada tanggal 16 Desember 1905 oleh Hulpprediker D.R.S. Schoch, yaitu:

  1. Gregorius Mangowal (asal sonder)
  2. Simon Mewoh
  3. Mientje Palar
  4. Laurina Mewo
  5. Wilhelmina Ruru
  6. Susana Supit
  7. Theodora Supit
  8. Hebe Supit
  9. Barnetje Supit
  10. Luther Karundeng
  11. Nicolina Rorong
  12. Hendrikus Karundeng
  13. Katharina Karundeng
  14. Geertje Rintjap
  15. Joni Mandagi
  16. Hendrik Katopo
  17. Antoinetha Mandagi
  18. Bernadus Rintjap
  19. Lukas Kaliey
  20. Konelis Rorong
  21. Aleta Mengko
  22. Leonora Mengko
  23. Sandrana Palendeng
  24. Benjamin Moto
  25. Angganitji Rintjap

Pendeta/Ketua Jemaat  yang melayani di Jemaat Mahanaim Sawangan ;

  1. Pdt. Febri Lalawi-Langoy, S.Th (2000-2004)
  2. Pdt. Noldy Rumuat S.Th. (2004-2010)
  3. Pdt. Jein V. Aray-Mangundap S.Th. (2010-2015)
  4. Pdt.Titin L. A. Kainama-Mokoagow, S.Th (2015-sekarang)

(Penulis/Yang menyarikan: Michael Aror, S.Th ; Editor : Pdt. Janny Rende, M.Th)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here